Wednesday, June 12, 2013

Wow untung jemani sampai 150 Juta




KARANGANYAR – Wajah Suroso tampak berseri-seri. Senyum merekah selalu tersungging dari bibirnya kala menyambut kehadiran rekan-rekannya dari Komunitas Anthurium Soloraya yang sengaja diundang untuk bersantap siang bersama.
Petani jemani asal Karangpandan yang akrab disapa Gembuk itu memang tengah berbahagia. Betapa tidak, dia baru saja memanen tanaman jemani yang telah dirawatnya selama beberapa tahun. Dalam satu bulan terakhir, dia bahkan telah meraup omzet di atas Rp150 juta dari penjualan jemani miliknya.
“Saya enggak menyangka jemani akan bagus lagi harganya, makanya sekarang saya ingin syukuran. Saya kumpulkan lagi teman-teman tanaman [petani dan penjual jemani] supaya antusiasme masyarakat pada jemani kembali hidup,” ujarnya semringah saat ditemui Solopos.com di gudang jemani miliknya, Selasa (11/6/2013) siang.
Saat harga jemani anjlok, Gembuk masih setia menanam dan menjual jemani ke berbagai daerah. Kini kerja kerasnya itu telah membuahkan hasil. Harga jemani yang kembali meroket membuka secercah harapan baru bagi pria yang juga pernah berjualan kue itu.
“Beberapa waktu lalu saya masih keliling jualan bibit jemani naik motor bronjongan, sekarang Alhamdulilah saya sudah bisa beli mobil pikap,” imbuhnya.
Siang itu, Gembuk juga baru saja melepas dua buah tanaman jemani jenis kobra setinggi 20 cm miliknya. Seorang kolektor sekaligus penjual jemani asal Desa Karang, Karangpandan, Sutarso, bersedia menukar jemani miliknya dengan sebuah sepeda motor baru serta uang tunai Rp5 juta.
“Tadi saya ke sini mau membayar jemani pesanan saya, enggak tahunya ternyata teman-teman sudah dikumpulkan di sini. Agak terkejut juga, sudah lama enggak bertemu,” timpal Sutarso.
Kedua tanaman jemani itu akan dia pelihara sendiri hingga menumbuhkan daun baru. Jika ada yang berani menawar dengan harga Rp30 juta, Sutarso bakal kembali menjual tanaman itu.
Sutarso memprediksi booming jemani kali ini bakal bertahan lama karena harganya cenderung lebih stabil dibanding lima tahun lalu. “Saya sedikit pun tidak khawatir. Dulu banyak orang terjatuh karena berpikirnya hanya untuk bisnis, kalau kami kan memang petani dan tetap setia di bidang ini. Apalagi sekarang jemani sudah merambah pasar internasional,” kata dia.
Menurut Sutarso, kenaikan harga jemani membawa berkah berlimpah bagi para petani di Karanganyar yang notabene merupakan penghasil utama tanaman anthurium itu. Berjalannya bisnis jemani membuat perputaran roda ekonomi petani setempat menjadi kian lancar. Oleh sebab itu, para petani berharap meningkatnya popularitas jemani dapat bertahan lama.

Sumber:
http://www.solopos.com/2013/06/12/wow-harga-jemani-melejit-petani-asal-karangpandan-untung-hingga-rp150-juta-414885

Monday, June 3, 2013

Jemani kembali naik daun

Ilustrasi gambar jemani.

Setelah sekian lama terpuruk, jenmani kembali diburu di pasaran. Kebangkitan kembali tanaman anthurium khas Karanganyar ini dimulai sejak sebulan terakhir.
Varietas yang paling banyak diburu ialah jenmani varigata yang terbentuk lantaran adanya kelainan gen. Satu tanaman jenmani varigata ukuran sedang bahkan mencapai harga Rp20juta.
“Ini sudah ditawar Rp15 juta tapi enggak saya berikan,” ujar seorang pembudidaya jenmani asal Papahan, Tasikmadu, Karanganyar, Ispitri, 49, sembari menunjukkan sebuah tanaman jenmani varigata ukuran sedang.
Ditemui Solopos.com dikediamannya, Ispitri menunjukkan koleksi jenmani hasil budidayanya yang mencapai ribuan biji. Ketika harga tanaman tersebut anjlok beberapa tahun lalu, dia masih setia membudidayakannya.
Ispitri bahkan tidak menyangka harga jenmani bakal kembali menanjak. Dia baru menyadari tingginya harga jenmani varigata setelah mengikuti pameran tanaman di Taman Balekambang beberapa waktu lalu.  Saat itu, lanjut dia, seorang kolektor tanaman dari Jakarta tertarik pada jenmani varigata yang dibawanya. Orang itu kemudian menawar tanaman itu dengan harga tinggi.
Menurut Ispitri, tingginya ketertarikan kolektor pada jenmani varigata disebabkan keunikan yang dimiliki tanaman itu.
“Ini kan kelainan gen alami jadi unik, jarang juga yang punya,” imbuh dia.
Ispitri menuturkan tanaman hasil kelainan gen yang memiliki harga tertinggi yakni jenmani jenis cobra dan mangkok. Kedua varietas jenmani tersebut belum banyak dibudidayakan, sehingga termasuk dalam jenis tanaman langka.
“Jenmani cobra dan mangkok itu yang biasa saja harganya sudah tinggi, apalagi yang varigata bisa mencapai ratusan juta,” tuturnya.
Seorang kolektor tanaman asal Papahan, Tasikmadu, Edi Purwanto, mengaku sengaja datang ke kediaman Ispitri untuk mencari jenmani varigata. Namun, dia harus pulang dengan tangan kosong lantaran si empunya enggan menjualnya.
“Saya maunya yang masih kecil itu tadi, lebih kelihatan kelainannya, pengin saya pelihara sendiri sampai besar,” ujarnya.
Edi mengaku sebagai pemain lama dalam bisnis jenmani. Ketika mengetahui harga jenmani kembali menanjak dia langsung bergegas berburu tanaman langka itu.

Sumber: http://adfoc.us/12546724969709